Tidak lengkap rasanya,
kalau berkunjung ke Aceh tanpa mengunjungi Museum Tsunami, apalagi menjelang
Visit Aceh 2013. Museum ini dibangun oleh BRR NAD-NIAS setelah perlombaan
desain yang dimenangkan M. Ridwan Kamil, dosen ITB dan berhak atas dana 100
juta rupiah. Museum ini sendiri menghabiskan 140 Milyar untuk pembangunannya.
Bila diperhatikan dari atas, museum ini merefleksikan gelombang tsunami, tapi
kalo dilihat dari samping (bawah) nampak seperti kapal penyelamat dengan
geladak yang luas sebagai escape building.
[caption
id="attachment_187198" align="aligncenter"
width="600" caption="Desain Museum Tsunami dari atas (sumber:
rancupid.blogspot.com)"]
13419420761677116273
[/caption]
Begitu masuk di dalam,
anda serasa memasuki lorong gelap gelombang tsunami dengan ketinggian 40 meter
dengan efek air jatuh. Hati-hati dengan kepala anda, siapkan topi lebar
agar rambut dan baju anda tidak basah. Bagi yang takut gelap dan masih phobia
dengan tsunami, tidak disarankan untuk masuk dari jalur ini. Setelah melewati
tempat ini, puluhan standing screen menyajikan foto-foto pasca
tsunami berupa kerusakan dan kehancuran serta kematian, yang penuh dengan
gambar korban dan gambar pertolongan terhadap mereka.
[caption
id="attachment_187199" align="aligncenter"
width="550" caption="Lorong Gelap Tsunami (sumber:
medandailybisnis.com)"]
1341942153501023315
[/caption]
Setelah dari ruangan
ini, anda akan memasuki "Ruang Penentuan Nasib" atau "Fighting
Room", sering disebut juga The Light of God. Ruangan ini
berbentuk seperti cerobong semi-gelap dengan tulisan Allah dibagian puncaknya.
Hal ini merefleksikan perjuangan para korban tsunami. Dimana, bagi mereka yang
menyerah ketika tersekap gelombang tsunami, maka nama mereka terpatri di
dinding cerobong sebagai korban. Sebaliknya, bagi mereka yang merasa masih ada
harapan, terus berjuang seraya mengharapkan belas kasih dari Yang Maha
Menolong. Begitu mereka yakin akan adanya pertolongan Allah, maka mereka seakan
seperti mendengar adanya panggilan ilahi dan terus berjuang hingga selamat
keluar dari gelombang tersebut.
13419423091570079901
Cerobong The Light of God: antara hidup dan mati (sumber:
rancupid.blogspot.com)
Alhamdulillah, mereka
akhirnya betul-betul bisa keluar dari gelombang maut tersebut setelah
berputar-putar melawan arus. Hal ini direfleksikan dengan perjalanan memutar
keluar dari cerobong tersebut menuju Jembatan Harapan (Hope Bridge).
Ketika mencapai jembatan ini, para survivor melihat bendera 52
negara, seakan mereka mengulurkan bantuan untuk mereka. Melalui jembatan ini,
seperti melewati air tsunami menuju ke tempat yang lebih tinggi. Di sini anda
akan di sambut dengan pemutaran film tsunami selama 15 menit dari gempa
terjadi, saat tsunami terjadi hingga saat pertolongan datang.
134194242148791594
Jam Mati: bukti konkrit saat detik-detik tsunami
Keluar dari sini anda
akan melihat banyak foto raksasa dan artefak tsunami. Misalnya: jam berdiri
besar yang mati saat waktu menunjukkan pukul 8.17 menit atau foto jam Mesjid
Raya Baiturrahman yang jatuh dan mati juga pada saat tersebut. Artefak lainnya
ialah miniatur-miniatur tentang tsunami. Misal, orang-orang yang sedang
menangkap ikan di laut dan berlarian menyelamatkan diri saat gelombang melebihi
tinggi pohon kelapa menerjang mereka. atau bangunan-bangunan rumah yang
porak-poranda oleh gempa sebelum datang air bah "membersihkannya".
13419424992102872593
Seorang turis asing sedang mengabadikan miniatur ombak tsunami
Naik ke lantai tiga,
disana terdapat bermacam-macam sarana pengetahuan gempa dan tsunami berbasis
iptek. Diantaranya sejarah dan potensi tsunami di seluruh titik bumi, simulasi
meletusnya gunung api di seluruh Indonesia, simulasi gempa yang bisa disetel
seberapa skala richtel yang kita mau dan kalau beruntung anda juga bisa
"ikut menikmati" simulasi 4D (empat dimensi) kejadian gempa dan
tsunami. Selain itu juga terdapat desain ideal rancangan tata ruang bagi
wilayah yang punya potensi tsunami.
1341941868727861868
Desain Tata Ruang Ideal untuk Kawasan Berpotensi Tsunami
Akhirnya, di ujung
kunjungan, anda bisa menikmati beberapa kue kering khas Aceh seperti keukarah,
ceupet kuet, gula u tarek dan lainnya di Ruang Souvenir. Terdapat juga
kaos-kaos dan souvenir khas Aceh seperti rencong, bros rencong dan bros
pinto aceh dan ada banyak lagi. Turun ke bawah, anda bisa bersantai dipinggir
kolam jembatan Harapan sambil melihat ikan-ikan hias yang berenang ke sana
kemari atau mengambil beberapa moment foto di geladak museum. Bila beruntung,
anda bisa berfoto dengan para calon penganten yang sering melakukan foto
pra-wedding disini. Tapi bila terasa lapar dan ingin sholat dhuha, tersedia
cafe dan ruang musholla bagian bawah sebelah timur gedung. Bila ingin ke kamar
kecil, anda bisa menggunakan ruang bawah geladak, setelah gerbang masuk.
Akhirnya, semoga kunjungan anda membawa banyak manfaat dan menambah pengetahuan
baru yang bisa anda ceritakan sebagai "oleh-oleh" ketika pulang
nantinya.
13419425841189639924
Kolam berikan: tempat bersantai sambil melihat ikan-ikan hias (sumber:
anneahira.com)
[caption
id="attachment_187259" align="aligncenter"
width="512" caption="Tempat anak-anak muda bercengkrama, katanya
malam purnama disini syahdu sekali (?)"]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar